Sumenep, UA -Dr. Fathor Rachman, M.Pd, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pamekasan 2019-2024 mengatakan, sosialisasi, pendidikan pemilih, dan partisipasi masyarakat akan mendongkrak partisipasi pemilih di era digital.
KPU yang berupaya menjadi pusat kerjasama multi-pihak akan mewujudkan visi Pemilu sebagai sarana integrasi bangsa. Sementara platform (SIPARMAS) akan menjadi pusat pembelajaran dan pusat data partisipasi Pemilu.
“KPU di tingkat provinsi dan kabupaten memiliki Divisi Sosialisasi Pendidikan, Pemilihan, Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan SDM. Melalui divisi inilah sosialisasi, pendidikan politik, pendidikan pemilih, media dalam jaringan dan media sosial akan dirasakan oleh masayrakat,” ujarnya saat mengisi seminar di acara KPU Goes to Campus yang dipusatkan di Aula KH. Abd Basith AS, Selasa (22/10/2024).
Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada), tentunya akan menyebarluaskan informasi Pemilu atau Pilkada; meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam Pemilu dan Pilkada; dan meningkatkan partisipasi Pemilih dalam Pemilu dan Pemilihan/Pilkada.
Bentuk partisipasi masyarakt, kata dia, yang dilakukan masyarakat adalah sosialisasi, pendidikan politik bagi pemilih, pemantauan, survey atau jajak pendapat, penghitungan cepat (quick count).
“Pendidikan politik bagi pemilih serta peliputan, pemberitaan, dan publikasi dapat dilakukan oleh masyarakat berdasarkan prinsip pelaksanaan partisipasi masyarakat dan harus sesuai dengan ketentuan per-UU-an,” ucapnya.
Sementara, untuk meningkatkan partisipasi Masyarakat, KPU melakukan sosialisai, pendidikan pemilih, peliputan, pemberitaan dan publikasi. Partisipasi masyarakat lainnya adalah keikutsertaan sebagai anggota PPK, PPS, PPLN, KPPS, KPPSLN, atau petugas pemutakhiran data pemilih; peliputan, pemberitaan, atau publikasi; dan/atau penelitian atau kajian.
Dosen Pascasarjana Universitas Annuqayah tersebut menyebutkan bahwa metode sosialisasi dan pendidikan pemilih terdapat dua. Pertama secara langsung seperti melalui forum warga, diskusi; seminar; lokakarya; pelatihan; ceramah; simulasi; talkshow; pemanfaatan budaya lokal; atau metode lain. Kedua dilakukan tidak langsung melalui media massa cetak; media massa elektronik; media daring; media sosial; Media luar ruang; dan media kreatif
“Segmen sosialisasi dan pendidikan pemilih terdiri dari keluarga, pemilih muda, disabilitas, komunitas, warga internet, berkebutuhan khusus, relawan demokrasi, keagamaan, kaum marginal, perempuan, pemilih pemula,” ungkapnya.
Peluang dan Tantangan
Fathor Rachman menegaskan, tantangan yang akan dihadapi pemuda dalam Pilkada adalah keterbatasan pengetahuan tentang politik, minimnya wadah partisipasi, ketidakpercayaan pada sistem Pemilu dan sistem politik, sistem politik yang didominasi elit atau kelompok tertentu; tantangan struktural dalam mencapai posisi politik yang siginifikan.
Tak hanya itu, pemuda dan partisipasi masyarakat memiliki peluang untuk meningkatkan partisipasi pemuda, yaitu pendidikan politik yang meningkat; perlu pendidikan politik yang interaktif dan menarik; pengembangan platform partisipasi; membangun kepercayaan pada sistem; pembentukan jaringan kerjasama antara pemimpin politik dan pemuda; pemberian peluang pendanaan proyek-proyek inovatif yang dipimpin pemuda.
“Kampanye pendidikan politik, inovasi pendidikan pemilih, penggunaan Medsos sebagai alat penyebaran informasi politik, kemudahan mengakses informasi kepemiluan, kesadaran publik tentang pentingnya Pemilu, pemahaman tentang implikasi politik dalam kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan Masyarakat, serta pemberian peluang bagi pemuda untuk berperan aktif dalam proses pembuatan keputusan politik akan membangun kesadaran politik di kalangan pemuda,” tandasnya.
Pewarta: Firdausi